HUTAN PINUS CADIKA

HUTAN PINUS CADIKA

Asal-usul dan Evolusi

  • Dahulu dikenal sebagai Bumi Perkemahan dan lokasi resmi Pekan Penghijauan Nasional ke-20, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1980. Sebuah prasasti—yang dikenal sebagai “Batu Hitam Cadika”—menandai peristiwa tersebut

  • Lokasi ini awalnya digunakan untuk kegiatan pramuka dan jarang mendapat perhatian serius. Namun, inisiatif kelompok pemuda lokal (Pokdarwis Cadika) berhasil merubahnya menjadi destinasi wisata yang rapi dan asri

Lokasi & Akses

  • Terletak di Kelurahan Langgini, Kecamatan Bangkinang, dekat kompleks kantor Bupati—menjadikannya mudah diakses dan strategis untuk wisatawan setempat maupun dari luar daerah

  • Dari Pekanbaru, perjalanan hanya sekitar 1 hingga 1,5 jam menggunakan rute tol Pekanbaru–Bangkinang

Daya Tarik & Aktivitas

  • Suasana yang sejuk dan tenang karena pepohonan rimbun, menciptakan atmosfer “healing” — cocok untuk piknik, jogging, atau sekadar menikmati udara segar

  • Tersedia berbagai spot foto menarik, seperti hammock, ayunan kain, kursi kayu, meja “love”, gazebo, dan bahkan mini café—semuanya jadi favorit untuk foto pre-wedding atau bersantai


Fasilitas & Pengelolaan

Fasilitas Keterangan
Tiket Masuk & Parkir Biasanya gratis, hanya dikenakan biaya parkir sekitar Rp 5.000
Fasilitas Tersedia hammock, gazebo, bangku kayu, café kecil, spot foto—meski fasilitas seperti toilet kurang memadai
Pengelolaan Dirawat oleh Pokdarwis dengan prinsip Sapta Pesona: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah-Tamah, Berkesan

Peran Komunitas & Pelestarian

  • Kelompok pemuda lokal melakukan aksi pemupukan pohon pinus sebagai tanda peduli terhadap kelestarian hutan kota ini—Bukit Cadika disebut sebagai “paru-paru jantung Kota Kampar”

  • Upaya seperti gotong royong membersihkan kawasan juga dilakukan agar tetap ramah pengunjung dan terjaga nilai wisatanya

Bukit Cadika atau Hutan Pinus Cadika adalah destinasi alam yang memikat di tengah kota Bangkinang—menggabungkan kulminasi dari sejarah, ruang healing, dan spot fotografi aesthetic. Cocok untuk wisata keluarga, pre-wedding, olahraga ringan, atau sekadar melepaskan penat. Pengelolaan oleh masyarakat lokal menjadikannya contoh bagaimana lingkungan bisa dilestarikan sambil dimanfaatkan secara cerdas.