Apa Itu Pacu Tongkang Melawan Arus?
Pacu Tongkang Melawan Arus adalah festival perahu tradisional unik di mana peserta mendayung perahu tongkang—panjang sekitar 10 meter dan lebar 1 meter—yang diisi oleh 14 pendayung. Bedanya dengan pacu jalur biasa: di sini, perahu harus melawan derasnya arus Sungai Kampar, menuntut kekuatan dan keterampilan luar biasa
Biasanya, acara ini digelar selama tiga hari menjelang Ramadan, sekaligus menjadi ajang mempererat silaturahmi antardesa
Sejarah & Peran Budaya
-
Pacu Tongkang sudah menjadi tradisi tahunan yang digelar sejak puluhan tahun lalu, dengan tujuan merayakan datangnya bulan suci Ramadan sekaligus mengembangkan budaya lokal
-
Tak hanya perlombaan, acara ini juga disertai Bakela (makan bersama), MTQ antar-dusun, dan penyerahan santunan anak yatim, menjadikannya momen komunal yang kental nilai kearifan lokalnya
Format & Hadiah
-
Event ini menampilkan kompetisi final setelah melewati babak awal yang seru dan penuh semangat. Final ini kerap menjadi puncak acara dan ditunggu-tunggu oleh warga
-
Tim juara mendapatkan berbagai hadiah seperti:
-
Piala bergilir Bupati dan piala pemuda,
-
Ekstra berupa sapi, medali, dan uang pembinaan sekitar Rp 2–5 juta tergantung posisinya
-
Dampak Sosial & Ekonomi
-
Pacu Tongkang telah menjadi daya tarik wisata budaya yang meriah, apalagi saat akhir pekan atau libur nasional, ribuan warga dan wisatawan menyemarakkan acara
-
Event ini memberdayakan UMKM, kuliner lokal, serta memperkuat ekonomi desa lewat peningkatan kunjungan dan promosi desa wisata
-
Selain aspek kompetitif, acara ini juga sarat akan nilai identitas budaya, memperkuat kebersamaan masyarakat desa
Arena Pacu Tongkang juga merupakan bagian dari kawasan Desa Wisata Pulau Belimbing, yang menawarkan kekayaan budaya seperti rumah adat Lontiok, museum, dan kegiatan tradisional lainnya